Padi Sri Organik
Pencarian terkini
Link Cepat
Padi Sri Organik
Sektor agrikultur merupakan salah satu penggerak ekonomi utama masyarakat lokal Luwu Timur dengan padi sebagai komoditas unggulan. Rilis data oleh Badan Penelitian & Pembangunan Daerah (BAPPELITBANGDA) Kabupaten Luwu Timur menunjukkan bahwa sektor ini menempati urutan kedua setelah sektor Pertambangan sebagai kontributor andalan atas PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Kabupaten Luwu Timur. Namun demikian, sektor ini tidak jarang mengahadapi tantangan-tantangan seperti harga pupuk kimia yang tinggi dan sulitnya akses dalam memperoleh pupuk tersebut, serangan organisme penggagu tanaman (OPT) atau hama yang beragam, sehingga berimbas pada hasil panen yang tidak stabil yang pada gilirannya berdampak pada pendapatan ekonomi rumah tangga. Dilatarbelakangi hal ini diperlukan solusi dan inovasi untuk mengatasi permasalahan ini.
Sejak tahun 2015 PT Vale melalui program Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) menginisiasi program Pertanian ramah lingkungan & berkelanjutan melalui pengembangan Padi System of Rice Intensification (SRI) Organik bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur melalui Dinas Pertanian. Program bertujuan meningkatkan kemampuan SDM Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan para petani mengenai padi SRI Organik, produktivitas hingga pengelolaan pendapatan petani. PPL dan Petani diberikan pelatihan teknis budidaya pertanian ramah lingkungan yang berkelanjutan oleh tenaga ahli berpengalaman dan dibawah koordinasi tim pendamping program. Setelah diberikan pelatihan, PPL dan para petani diajak untuk bersama-sama menyusun rencana kegiatan di masing-masing kelompok sebagai acuan untuk dilakukan pendampingan secara intensif, diantaranya kegiatan sekolah lapang.
Secara umum tujuan dari program ini adalah pengembangan pertanian ramah lingkungan sebagai komoditas unggulan daerah dan turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat, adapun beberapa indikator keberhasilan program diantaranya;
Adanya peningkatan minimal 10% pada aset penghidupan berkelanjutan (pentagonal aset) petani mitra binaan dari baseline awal program.
Adanya peningkatan jumlah mitra dampingan & luasan lahan pertanian organik sebesar minimal 10% dari baseline awal program
Adapun dukungan program yang dilakukan meliputi pendampingan teknis budidaya, sekolah lapang, fasilitasi sertifikasi organik dari INOFICE, sarana penunjang pertanian seperti alat penyiang (gasrok), mesin handtraktor & mesin combine harvester melalui Bumdesma Mahalona serta pasca panen. Demplot SRI Organik hampir menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Luwu Timur melalui PPL. Saat ini produk beras organik menjadi salah satu unggulan dari Kabupaten Luwu Timur, dan memberikan manfaat nyata bagi petani setempat. Petani mengaku penghasilan mereka meningkat, kondisi sawah menjadi subur, penggunaan air yang lebih proporsional, tidak sulit memperoleh pupuk karena mampu membuat sendiri, dan serangan OPT tidak terlalu banyak. Para petani memiliki organisasi lokal yang menaungi bernama Asosisasi Petani SRI Organik (APSO).
Beberapa pencapaian penting dari program ini diantaranya:
Rata-rata indeks Pengembalian Investasi Sosial (SROI) sebesar 1,2. (Highlighted)
Dampak pada bidang Kesejahteraan Masyarakat:
Pada tahun 2021 dilakukan evaluasi studi kaji dampak (Impact Assessment) untuk mengukur dampak program melalui pendekatan Sustainable Livelihood Impact Assessment (SLIA) dimana hasil studi menunjukkan bahwa mayoritas petani dampingan program merasakan adanya perubahan asset/modal yang dimilikinya, terutama modal pengetahuan, sikap dan keterampilan serta bertambahnya pendapatan (finansial), hal lainya dengan adanya APSO menandakan modal sosial kelompok menguat, dalah hal ini indexnya berubah positif dari sebelum mengikuti pembinaan yakni sebesar 1,24 meningkat menjadi 2,59 pasca evaluasi, artinya dari sebelumnya rendah menjadi di atas rata-rata (sedang).
Dampak pada bidang Ekonomi:
Angka rata-rata produksi panen mencapai 6-7 ton per musim, ini dua kali lipat dibandingkan padi konvensional.
Mereka mempromosikan produk dengan merek Beras Matano yang semuanya memiliki sertifikasi resmi. Mereka juga membangun kemitraan yang kuat dengan berbagai jenis usaha, termasuk toko ritel, koperasi, dan gerai usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk menjual produk mereka.
Sepanjang tahun 2022, para petani berhasil memasok lebih dari 1,5 ton beras organik premium ke kantin karyawan PT Vale Indonesia Tbk. Pencapaian ini menegaskan komitmen PT Vale Indonesia Tbk dalam memanfaatkan kekuatan bisnis untuk mendorong perubahan yang positif dan berkelanjutan. Tidak hanya berusaha meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga meningkatkan kualitas beras yang dikonsumsi oleh para pekerja yang dalam jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan mereka. Kami bertekad untuk terus menyempurnakan skema ini, sejalan dengan salah satu ambisi PT Vale Indonesia Tbk, yaitu menjadi contoh dalam penciptaan nilai manfaat bersama (Creating shared value 3).
Dampak pada bidang Lingkungan:
Petani memiliki kemampuan untuk secara mandiri membuat pupuk organik dan pestisida nabati untuk mengusir hama, sehingga mereka dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia sintetis yang semakin langka dan mahal di pasaran.
Melalui metode pertanian ini, petani dapat mengurangi penggunaan air hingga lebih dari 40% dibandingkan dengan metode pertanian konvensional.
Berdasarkan data tahun 2021, praktik pertanian SRI Organik secara efektif mengurangi emisi karbon hingga 528 kilogram setara CO2 per tahun.
Dampak pada bidang tata kelola:
Terbentuknya asosiasi petani SRI organic (APSO) sebagai wadah pengembangan kompetensi para patani & pemasaran bersama.
Telah ada Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDESMA) Mahalona yang menjadi mitra off taker beras organik, memiliki merk dagang “Mahalona Rice” dan afirmasi penggunaan mesin combine harvester serta hand traktor bagi para petani organik
Foto: Vale Indonesia
SDG 1: Mengakhiri Kemiskinan Dalam Segala Bentuk di Manapun
1.1 Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang yang saat ini berpendapatan kurang dari 1,25 dolar Amerika per hari.
- SDG 2: Menghilangkan Kelaparan, Mencapai Ketahanan Pangan dan Gizi yang Baik, serta Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan
2.3 Pada tahun 2030, menggandakan produktivitas pertanian dan pendapatan produsen makanan skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat penduduk asli, keluarga petani, penggembala dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan sama terhadap lahan, sumber daya produktif, dan input lainnya, pengetahuan, jasa keuangan, pasar, dan peluang nilai tambah, dan pekerjaan nonpertanian.
2.4 Pada tahun 2030, menjamin sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan menerapkan praktek pertanian tangguh yang meningkatkan produksi dan produktivitas, membantu menjaga ekosistem, memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya, serta secara progresif memperbaiki kualitas tanah dan lahan
SDG 12: Menjamin Pola Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan
12.4 Pada tahun 2020 mencapai pengelolaan bahan kimia dan semua jenis limbah yang ramah lingkungan, di sepanjang siklus hidupnya, sesuai kerangka kerja internasional yang disepakati dan secara signifikan mengurangi pencemaran bahan kimia dan limbah tersebut ke udara, air, dan tanah untuk meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
SDG 17: Menguatkan Sarana Pelaksanaan dan Merevitalisasi Kemitraan Global untuk Pembangunan Berkelanjutan
17.16 Meningkatkan kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan, dilengkapi dengan kemitraan berbagai pemangku kepentingan yang memobilisasi dan membagi pengetahuan, keahlian, teknologi dan sumber daya keuangan, untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di semua negara, khususnya di negara berkembang.
Prinsip 9.1 Menerapkan pendekatan inklusif dengan masyarakat lokal untuk mengidentifikasi prioritas pembangunan mereka dan mendukung kegiatan yang berkontribusi terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi jangka panjang melalui kemitraan dengan pemerintah, masyarakat sipil dan lembaga pembangunan, jika diperlukan.
Foto: Vale Indonesia